Motivasi Super

Bermimpilah yang sebesar-besarnya, tapi bersegeralah untuk mengerjakan sekecil-kecilnya kebaikan yang terdekat.

Motivasi Super

Hadiah pertama bagi yang melakukan kebaikan adalah kebaikan.

Motivasi Super

Berhentilah mengkhawatirkan masa depan, syukurilah hari ini, dan hiduplah dengan sebaik-baiknya.

Motivasi Super

Kebutuhan besar membutuhkan disiplin yang lebih baik, bukan keluhan yang lebih banyak.

Motivasi Super

Rasa syukur adalah jendela bagi mata hatimu untuk melihat keindahan ciptaan Tuhan.

Rabu, 23 April 2014

Usaha Mengatasi Perkelahian Antar Siswa



PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkelahian yang kini sering terjadi dikalangan para remaja khususnya bagi pelajar-pelajar SMA maupun SMP sudah tidak asing lagi untuk dijadikan bahan pembicaraan yang hangat oleh masyarakat, bahkan hal semacam ini dianggap wajar oleh sebagian orang. Banyaknya perkelahian antar pelajar di Indonesia merupakan fenomena yang cukup menarik untuk dibahas. Perkelahian antar pelajar memang sudah sering terjadi akibat dari pergaulan bebas. Sekarang ini perkelahian antar pelajar tidak hanya terjadi dikalangan pelajar SMA, tetapi para pelajar SMP pun sekarang sering melakukan tindakan tersebut. Perkelahian pelajar ini cukup mersahkan masyarakat sekitar. Pada dasarnya generasi muda pada saat ini masih kurang mengenal budi pekerti dan nilai moral keagamaannya dapat dibilang masih cukup rendah. Ada beberapa faktor yang menjelaskan tentang sebab perkelahian antar pelajar terjadi. Dan juga ada banyak dampak kerugian dari terjadinya perkelahian-perkelahian tersebut.

PEMBAHASAN

1. Pengertian Perkelahian Antar Pelajar

Tindakan yuridis yang dilakukan oleh kepolisisan terhadap para pelajar yang melakukan tindakan kriminal dapat diterima. Karena hal itu bermanfaat untuk menciptakan rasa aman dan rasa terlindungi pada masyarakat dari tindak kekerasan dan kekejaman mereka. Akan tetapi masih banyak pula para pendidik, orang tua, dan sebagian besar anggota masyarakat termasuk pers, menginginkan tindakan yuridis hendaknya didasari kearifan dengan mempertimbangkan latar belakang filisofis, sosiologis, dan psikologis yang telah menumbuhkan kerawanan perilaku menyimpang para pelajar.

Memahami latar belakang itu tidak berarti ” memanjakan ” atau mencari-cari dalih untuk melindungi para remaja, melainkan bertujuan menemukan usaha preventif yang terintegrasi dan terprogram. Sehingga kasus-kasus kenakalan remaja salah satunya perkelahian antar pelajar ini tidak hanya dipecahkan secara yuridis belaka. Salah satu latar belakang ialah memahami eksistensi pelajar dan bagaimana keadaan atau peranan bimbingan dan konseling di sekolah.

Makna eksistensi pelajar merujuk kepada pandangan humanistisk terhadap anak, yaitu anak adalah makhluk kesatuan yang bermakna dan sebagai subjek yang memiliki potensi untuk berkembang. Yaitu subjek yang dapat mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap keputusan dan perbuatannya. Tokoh-tokoh eksistensialisme seperti Soren A.Kiekegaard (1834),Victor E. Frankl (1963), telah mengemukakan hal di atas, dan menekankan bahwa manusia itu adalah makhluk ” becoming ” (berkembang), kompleks, dan dinamik dalam kesatuannya dan hubungannya dengan alam lingkungan alam sekitarnya.

Pandangan di atas mengimplikasikan bagaimana perilaku kita terhadap para pelajar, yaitu: menciptakan situasi yang kondusif agar berkembang kearah yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, bangsa dan negara.

Perkelahian merupakan suatu tindakan dari kedua belah pihak yang secara bersamaan melakukan penyerangan. Sedangkan penyerangang merupakan suatu tindakan yang mana dilakukan oleh satu pihak saja.
Pengertian antara perkelahian dan penyerangan dapat diadakan Perbedaan yaitu dalam perkelahian serangan dari para pihak dilakukan secara bersamaan, sedangkan pihak yang lainnya tidak. Perkelahian juga dapat dilakukan dengan penyerangan diantara pihak yang memulai terjadinya perkelahian tersebut. Baik dalam perkelahian maupu dalam penyerangan terlibat beberapa orang yang ikut serta, demikian juga halnya dengan perkelahian antar pelajar yang melibatkan dari kedua belah pihak.

Yang dimaksud dengan perkelahian menurut pasal 358 KUHP merupakan suatu penyerangan atau perkelahian yang dilakukan oleh beberapa orang turut serta dalam perkelahian tersebut, dengan demikian tidak disebutkan secara jelas apa yang dmaksud dengan perkelahian. Perkelahian yang dilakukan beberapa orang dalam hal ini perkelahian antar pelajar tingkat SLTA/SMP.

Perkelahian adalah merupakan suatu perbuatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum, dimana perkelahian menunujukkan tindakan dari kedua belah pihak secara bersamaan. Sebagaimana kita ketahui bahwa perkelahian antar pelajar melibatkan beberapa orang pelajar yang turut serta baik dalam perkelahian maupun dalam penyerangan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas menurut pasal 358 KUHP menyatakan :

”Barangsiapa dengan sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian yang dilakukan oleh beberapa orang, maka selain dari tanggungannya masing-masing atas perbuatan yang dilakukannya”:

1. Dengan pidana penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan, penyerangan atau perkelahian itu hanya berakibat ada orang yang luka berat.

2. Dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun jika penyerangan atau perkelahian itu berakibat ada orang yang mati.

Apabila sebelum ada akibat luka berat atau matinya orang timbul beberapa peserta menghentikan perbuatannya maka peserta tersebut tetap harus mempertanggungjawabkan atas perbuatan turut serta tersebut. Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan tindakan pidana penyerangan atau perkelahian oleh pasal 358 KUHP ini semata-mata ikut serta dalam penyerangan atau perkelahian yang menimbulkan luka berat atau matinya orang lain. Maka peran peserta tidak dapat dikenakan pasal 358 KUHP ini.

Dari uraian tersebut di atas, maka dapat dikatakan perkelahian antar pelajar adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh beberapa orang pelajar yang dilakukan secara beramai-ramai (massal ), baik perbuatan tersebut dilakukan secara memukul, menendang, menusuk dengan pisau tumpul dan benda tajam yang mana semua itu dapat mengakibatkan rasa derita pada orang lain yang menjadi korban.

2. Dampak Dari Perkelahian 

Perkelahian adalah merupakan suatu penyakit dalam masyarakat dan mengenai perkelahian antar pelajar tingkat SLTA/SMP yang mana akibatnya tidak hanya mengganggu bagi keamanan dan ketertiban umum melainkan juga membahayakan bagi pelajar itu sendiri. Apabila tidak segera mendapatkan perhatian dan penanggulangannya maka dampaknya akan lebih buruk lagi. Adapun dampak yang ditimbulkan dari perkelahian antar pelajar itu antara lain :

a. Akibat Bagi Pelajar 

Perkelahian dikalangan pelajar merupakan suatu tingkah laku yang tidak pantas bagi seorang pelajar dan tingkah laku itu merupakan penyimpangan dari tingkah laku seorang pelajar. Perkelahian yang dilakukan secara massal dari kedua belah pihak yang berlainan sekolah atau kelas dan dalam perkelahian itu tidak hanya menggunakan tangan kosong tetapi juga menggunakan senjata tajam dan benda keras.

Melihat dari benda atau alat yang digunakan dalam perkelahian itu maka sudah dapat diduka akibat yang ditimbulkan dari perkelahian itu antara lain luka yang dialami salah satu pelajar yang ikut serta dalam perkelahian antar pelajar tersebut.
Sehubungan dengan akibat yang ditimbulkan dari perkelahian antar pelajar menurut pasal 351 KUHP :

1) Penganiayaan dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah

2) Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama lima tahun

3) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya orang, maka yang bersalah dikenak pidana penjara paling lama tujuh tahun

4) Dengan penganiayaan disamakan merusak kesehatan orang dengan sengaja

5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dapat dipidana 

b. Akibat Bagi Keluarga

Dengan turut serta anak-anak terlibat langsung dalam perkelahian antar pelajar yang kemudian ternyata mendapatkan tindakan dari pihak kepolisian, pimpinan sekolah atau dari masyarakat sekitarnya, maka akibatnya akan menimbulkan problema bagi keluarga atau orang tuanay berupa : teguran dari pihak pimpinan sekolah dan warga masyarakat sekitarnya serta peringatan dari pihak kepolisian.

c. Akibat Bagi Sekolah

Jika perkelahian antar pelajar itu ternyata akan membawa nama sekolah bahkan terjadi di lingkungan sekolah maka akan membawa dampak negatif bagi sekolah tersebut berupa :

1) Kerugian materiil yang mungkin timbul seperti rusaknya gedung sekolah maupu peralatan lain akibat dari pelemparan benda dari pihak lain.

2) Kerugian yang menyangkut nama baik sekolah dalam masyarakat maupun aparat keamanan, yakni timbulnya kesan sekolah urakan dan menjadi pengawasan dari   pihak yang berwajib.

d. Akibat Bagi Masyarakat

Akibat yang langsung dialami oleh masyarakat dari perkelahian antar pelajar itu adalah terganggunya ketertiban dan keamanan di lingkungan sekitarnya. Kemudian apabila frekuensi kenakalan remaja dan perkelahian antar pelajar demikian tinggi maka tidak mustahil kindisi dan situasi lingkungan masyarakat yang rawan yang memungkinkan timbulnya bibit baru remaja yang nakal. 

Setelah diketahui akibat yang ditimbulkan dari perkelahian antar pelajar maka perlu segera ditanggulangi perkelahian itu oleh pihak sekolah, masyarakat maupun aparat keamanan sebelum menimbulkan akibat yang lebih parah lagi.

3. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perkelahian

a. Faktor Dari Diri Pelajar 

1) Lemahnya Pertahanan Diri

Adalah faktor yang ada dalam diri untuk mengontrol dan mempertahankan diri terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan. Jika ada pengaruh negatif berupa tontonan negatif, bujukan negatif seperti pecandu dan pengedar narkoba, ajakan-ajakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan negatif, sering tidak bisa menghindar dan mudah terpengaruh. Akibatnya pelajar itu terlibat ke dalam kegiatan-kegiatan negatif yang membahayakan dirinya dan masyarakat.

2) Kurangnya Kemampuan Dalam Menyesuaikan Diri

Keadaan ini amat terasa di dunia pelajar. Banyak ditemukan pelajar yang kurang pergaulan. Inti persoalannya adalah ketidak mampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial,dengan mempunyai daya pilih teman bergaul yang membantu pembentukan perilaku positif. Anak-anak yang terbiasa dengan pendidikan kaku dan dengan disiplin ketat di keluarga menyebabkan masa remajanya juga kaku dalam bergaul, dan tidak pandai memilih teman yang bisa membuat dia berkelakuan baik. Yang terjadi adalah sebaliknya yaitu, para pelajar salah bergaul. 

3) Kurangnya Dasar-dasar Keimanan di Dalam Diri Pelajar

Masalah agama merupakan suatu yang sangat krusial bagi seorang pelajar. Karena agama merupakan benteng diri pelajar dalam menghadapi berbagai cobaan yang datang padanya sekarang dan masa yang akan datang.

Sekolah dan orang tua harus bekerja sama bagaimana memberikan pendidikan agama secara baik, mantap, dan sesuai dengan kondiri pelajar saat ini.

b. Faktor Dari Keluarga

Keluarga merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama penyebab kenakalan remaja salah satunya yaitu perkelahian antar pelajar ini.. DR. Sofyan S. Wilis, M.Pd dalam bukunya Remaja dan masalahnya mengemukakan beberapa faktor keluarga yang sangat mempengaruhi terhadap kenakalan remaja yaitu :

1) Anak kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang tua 

2) Lemahnya keadaan ekonomi orang tua 

3) Kehidupan keluarga yang tidak harmonis 

Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas bahwa keadaan keluarga sangatlah memegang peranan penting dalam pembantukan kepribadian si anak dalam bertingkah laku.

Menurut Ruth S. Cava. Ada tiga alasan timbulnya kejahatan atau kenakalan remaja yang diarahkan kepada lingkungan keluarga yaitu :

1) Bahwa lingkungan keluarga adalah suatu kelompok masyarkat yang pertama-tama dihadapi oleh setiap anak-anak, oleh karena itu maka lingkungan tersebut memegang peranan utama sebagai permulaan pengalaman untuk menghadapi masyarakat yang lebih luas lagi

2) Bahwa lingkungan keluarga merupakan suatu lembaga yang bertugas menyiapkan  kepentingan sehari-hari lagi pula melakukan pengawasan terhadap anak-anak.

3) Bahwa lingkungan pertama merupakan kelompok pertama yang dihadapi oelh anak, karena itu ia menerima pengaruh emosional dari lingkungan itu. Kepuasan atau kekecewaan, rasa cinta dan benci akan mempengaruhi watak anak, mulai dibina dalam lingkungan itu dan akan bersifat menentukan untuk masa-masa mendatang.

Dalam masalah kenakalan remaja khususnya mengenai perkelahian antar pelajar, rumah tangga menjadi sorotan utama, pengaruh-pengaruh buruk dalam lingkungan keluarga dapat menodorong anak remaja melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, diantara pengaruh itu termasuk kondisi keluarga seperti antara lain :

1)  Kemiskinan dan jumlah anggota yang besar

2) Rumah tangga yang berantakan karena kematian salah satu dari orang tua, perpisahan ibu dan ayah, perceraian atau karena melarikan diri dari rumah

3) Kurangnya kemanan jiwa disebabkan orang tua yang terus bertengkar

4) Tidak terdapt persesuaian pendidikan, disiplin dan tujuan hidup yang dicita-citakan oleh orang tua untuk anaknya

5) Orang tua tidak menaruh perhatian terhadap anak, tidak sempat menanamkan kasih sayang, dan tidak pula dapat menyatakan penghargaan atas prestasi yang diperoleh anak di sekolah.

c. Faktor Lingkungan Yang Tidak Kondusif 

Pengaruh sosial dan kultur memegang peranan yang besar dalam menentukan perkembangan seorang anak dalam bertingkah laku. Kenakalan pada remaja dimana dalam hal ini mereka sangat terpengaruh oleh keadaan sosial yang buruk sehingga si anak menjadi nakal. Pengaruh lingkungan pergaulan yan buruk ditambah kontrol sosial dan kontrol diri yang semakin lemah maka dapat mempercepat pertumbuhan kelompok-kelompok anak nakal yang suka melakukan kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan hukum sepert beramai-ramai atau secara massal.

lingkungan sekitar tidak selalu baik, dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak, lingkungan yang ada kalanya dihuni oleh orang dewasa serta anak-anak muda kriminal dan anti sosial yang bisa merangsang timbulnya reaksi emosional buruk bagi anak-anak remaja atau pelajar yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak remaja ini mudah terjangkit oleh pola tingkah laku kriminal, asusila dan anti sosial.

Kelompok orang dewasa yang kriminal dan asusila tersebut itu sangat berpengaruh terhadap anak remaja khususnya pelajar yang berada di lingkungan tersebut.

d. Faktor Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga. Karena itu ia cukup berperan dalam membina anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Khusus mengenai tugar kurikuler, maka sekolah berusaha memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didiknya sebagai bekal untuk kelak jika anak telah dewasa dan terjun ke masyarakat. Akan tetapi tugas kurikuler saja tidaklah cukup untuk membina anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Karena itu sekolah bertanggung jawab pula dalam kepribadian anak didik. Dalam hal ini peranan guru sangat diperlukan sekali. Jika kepribadian guru buruk, dapat dipastikan akan menular kepada anak didik.

Dalam rangka pembinaan anak didik kearah kedewasaan itu, kadang-kadang seklah juga penyebab dari timbulnya kenalan remaja . Hal ini mungkin bersumber dari guru, fasilitas pendidikan, norma-norma tingkah laku, kekompakan guru dan suasana interaksi antara guru dan murid perlu menjadin perhatian serius. Ada bebapa factor yang berhubungan dengan lingkungan sekolah yang tidak menyenangkan seorang anak pelajar.

1) Faktor Guru

Dedikasi guru merupakan pokok terpenting dalam tugas mengajar. Guru yang penuh dedikasi berarti guru yang ikhlas dalam mengerjakan tugasnya. Bila terjadi kesulitasn di dalam tugasnya, ia tidak mudah mengeluh dan mengalah. Melainkan dengan penuh keyakinan diatasinya semua kesulitan tersebut. 

Berlainan dengan guru yang tanpa dedikasi. Ia bertugas karena terpaksa, sebab tidak ada lagi pekerjaan lain yang mampu dikerjakannya. Akibatnya ia mengajar adalah karena terpaksa dengan motif mencari uang. Guru yang seperti ini mengajarnya asal saja, sering bolos, tidak berminat meningkatkan pengetahuan keguruannya. Akibatnya murid-murid yang menjadi korban, kelas menjadi kacau, murid-murd berbuat seenaknya saja di dalam kelas dan hal seperti inilahdak memberikan perhatian yang penuh kepada tugasnya.

2) Guru Pembimbing/BK

Peran guru sebagai pembimbing merupakan dambaan dari setiap siswa. Kenakalan remaja bersumber pada hilangnya makna keberadaan diri siswa ditengah galau pembangunan di segala bidang. Rasa keterasingan, frustasi, konflik dan stress berkecamuk pada diri mereka, dan penyalurannya adalah kenakalan. Jika guru pembimbing/BK mampu melaksanakan harapan siswa yakni mengutamakan membimbing daripada mengajar, besar kemungkinan kenakalan dapat dikurangi. Sebagai pembimbing, guru harus memnuhi syarat kepribadian, dan sedikit ilmu tentang pribadi siswa, serta kemampuan berkomunikasi atau keterampilan konseling.

Mengenai kemampuan guru dibidang bimbingan dan konseling (BK) masih memprihatinkan. Kebanyakan mereka beranggapan bahwa BK itu adalah urusan guru yang dikhususkan dibidang tersebut, yaitu guru BK. Berhubung guru BK amat terbatas jumlahnya,maka jalan keluar adalah : semua guru harus berperan sebagai pembimbing. 

3) Fasilitas Pendidikan

Kurangnya fasilitas pendidikan menyababkan penyaluran bakat dan keinginan pelajar terhalang. Bakat dan keinginan yang tidak tersalur pada masa sekolah , mungkin akan mencari penyaluran kepada kegiatan-kegiatan yang negatif.

4. Upaya penaggulannya

Perkelahian antar pelajar yang mana dilihat dari perkelahian tersebut telah melebihi dari toleransi perbuatan seorang anak remaja, maka dari itu perlu diambil upaya-upaya untuk mencegah dan menanggulangi dari perkelahian antar pelajar tersebut agar akibat yang ditimbulan tidak lebih parah lagi, yang korbannya tidak hanya pelajar saja tetapi masyarakat sekitar.

Sebagai upaya untuk menanggulangi perkelahian antar pelajar tersbut ada beberapa tindakan yangdapat dilakukan yaitu :

a. Upaya Preventif

Yang dimaksud dengan upaya preventif adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis, berencana, dan terarah, untuk menjaga agar kenakalan itu tidak timbul. Upaya preventif lebih besar manfaatnya daripada upaya kuratif, karena jika kenakalan itu sudah meluas, amat sulit menanggulanginya. Banyak bahayanya kepada masyarakat, mengamburkan biaya, tenaga dan waktu, sedang hasilnya tidak seberapa. Berbagai upaya preventif dapat dilakukan , tetapi garis besarnya dapat dikelompokkan atas tiga bagian yaitu :

1. Di lingkungan keluarga

a) Orang tua menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama artinya membuat suasana rumag tangga atau keluarga menjadi kehidupan yang bertaqwa dan taat kepada Allah di dalam kegiatan sehari-hari

b) Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis

c) Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang antara ayah, ibu dan keluarga lainnya di rumah tangga dalam mendidik anak-anak

d) Memberikan kasih sayang secara wajar kepada anak-anak

e) Memberikan perhatian yang memadai terhadap kebutuhan anak-anak

f) Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak. 

2. Di lingkungan sekolah

a)  Guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid untuk memahami aspek-aspek psikis murid, guru sebaiknya memiliki ilmu-ilmu tertentu antara lain : psikologi perkembangan, bimbingan dan konseling, serta  ilmu mengajar (didaktik – metodik).

b) Mengintensifikasikan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru agama yang ahli dan berwibawa serta mampu bergaul secara harmonis dengan guru-guru umum lainnya

c) Mengintensifikasikan bagian Bimbingan Konseling di sekolah dengan cara mengadakan Tenaga ahli atau menatar guru-guru untuk mengelola bagian ini (BK)

d) Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru-guru

e) Melengkapi fasilitas pendidikan dan berdikari nantinya setelah mereka terjun ke masyarakat

f) Perbaikan ekonomi guru.

3. Di lingkungan masyarakat

Masyarakat adalah tempat pendidikan ketiga setelah rumah dan sekolah. Pendidikan di masyarakat biasanya diabaikan orang, karena banyak orang berpendapat bahwa jika anak telah disekolahkan berarti semuanya sudah beres dan gurulah yang memegang segala tanggung jawab soal pendidikan. Karena apalah arti pendidikan yang diberikan di sekolah dan di rumah jika di masyarakat terdapat pengaruh-pengaruh negatif yang merusak tujuan pendidikan itu, karena itu pula perlu ada sinkronisasi diantara ketiga tempat pendidikan itu.

b. Upaya Kuratif

Yang dimaksud dengan upaya kuratif dalam menanggulangi masalah kenakalan remaja adalah upaya antisipasi terhadap gejala-gejala kenakalan tesebut, supaya kenakalan itu tidak meluas dan merugikan masyarakat. Upaya kuratif sacara formal dilakukan oleh Polri dan Kejaksaan Negri. Sebab jika terjadi kenakalan remaja bearti sudah terjadi suatu pelanggaran hukum yang dapat merugikan diri mereka dan masyarakat.

melakukan kejahatan dibawah umur 16 tahun maka kemungkinan tindakan negara terhadapnya adalah :

1) Anak itu dikembalikan kepada orang tua atau walinya.

2) Anak itu dijadikan anak negara.

3) Dijatuhi hukuman seperti biasa ,hanya dikurangi sepertiganya.

Hal-hal tersebut di atas (No 1 s/d 3) sesuai denga ketentuan dalam KUHP 45 yang berbunyi sebagai berikut :

"jika seorang belum dewasa dituntut karena perbuatan yang dikerjakannya ketika umurnya belum enam belas tahun, hakim bolh : memerintahkan si tersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya, walinya atau pemeliharaanya dengan tidak dikenakan suatu hukumanan,atau memerintahkan supaya si tersalah diserahkan kepada perintah denga tidak dikenakan sesuatu hukuman...;atau menghukum anak bersalah itu". 

Upaya kuratif secara formal memang sudah jelas tugas yang berwajib, dalam hal ini polisi dan kehakiman. Akan tetapi anggota masyarakat juga bertanggung jawab mengupayakan pembasmian kenakalan di lingkungan mereka di RT, RW dan Desa. Sebab jika mereka membiarkan saja kenakalan terjadi disekitarnya, berarti mereka secara tidak sengaja merusak lingkungan masyarakat itu sendiri. Upaya untuk membasmi kenakalan menurut Dr. Sofyan Willis tentunya dengan jalan berorganisasi, yaitu RT dan RW, dengan tiga karakteristik :

1. jika yang berkuasa membasmi kejahatan itu dengan tangannya (kekuasaannya)

2. jika tidak sanggup karena tidak berkuasa maka cegahlah dengan lisan (ucapan pidato, khotbah, ceramah dan diskusi-diskusi)

3. jika tidak sanggup juga karena lemah, maka cegahlah dengan hati, artinya jangan mentolerir perbuatan jahat yang dilakukan orang lain dan kita jangan ikut. Dan pelihara diri serta keluarga dari perbuatan tersebut. 

Upaya masyarakat untuk mengantisipasi suatu kenakalan remaja sebaiknya dengan berorganisasi secara baik, Gunanya untuk mencapai suatu tingkat kekompakan dalam menanggulangi masalah tersebut. Sebab jika tidak ada kekompakkan atau berbeda pendapat tentang suatu cara mengatasi kenakalan/kejahatan di lingkungannya, berarti tidak akan terdapat penyelesaian, bahkan sebaliknya kenakalan dan kejahatan itu akan merajalela karena ada pihak yang melarang dan ada pula yang membiarkan atau ikut serta.

Kerjasama antara pemerintah, ulama dan orang tua amat diperlukan dalam mengatasi kenakalan remaja. Khusus mengenai tugas ulama biasanya cukup ampuh terhadap orang tua anak-anak tersebut karena adanya pengaruh khusus ulama. Ini tentu ada kaitannya dengan dakwah agama yang disampaikan ulama-ulama ini, sehingga ia berwibawa di masyarakat.

c. Upaya Pembinaan

Mengenai upaya pembinaan remaja dimaksudkan ialah :

1) Pembinaan terhadap remaja yang tidak melakukan kenakalan, dilaksanakan di rumah, sekolah, dan masyarakat. Pembinaan seperti ini yelah diungkapkan pada upaya preventif yaitu upaya menjaga jangan sampai terjadi kenakalan remaja.

2) Pembinaan terhadap remaja yang telah mengalami tingkah laku kenaklan atau yang telah menjalani sesuatu hukuman karena kenakalannya. Hal ini perlu dibina agar mereka tidak mengulangi lagi kenakalannya.

Khusus mengenai ke dua, upaya ini terutama ditujukan untuk memasyarakatkan kembali anak-anak yang telah melakukan kejahatan, agar mereka kembali menjadi manusia yang wajar. Pembinaan ini menurut Dr. Sofyan S. Willis diarahkan dalam beberapa aspek yaitu :

1. Pembinaan mental dan kepribadian beragama

2. Pembinaan mental ideologi negara yakni Pancasila, agar menjadi warganegara yang baik

3. Pembinaan kepribadiaan yang wajar untu mencapai pribadi yang stabil dan sehat

4. Pembinaan ilmu pengetahuan

5. Pembinaan keterampilan khusus

6. Pengembangan bakat-bakat khusus. ” 

Kesimpulan

Dari data-data yang saya simpulkan dari berbagai sumber ini kita dapat mengetahui bahwa perkelahian antar pelajar tidak hanya terjadi dikalangan SMA, tetapi ada juga yang dari kalangan SMP,dimana Perkelahian itu merupakan suatu perbuatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum, dimana perkelahian menunujukkan tindakan dari kedua belah pihak secara bersamaan ana arti perkelahian itu sendiri adalah Mereka melakukan perkelahian tersebut disebebkan oleh beberapa faktor pendorong seperti lemahnya pertahanan diri,dari keluarga,lingkungan  masyarakat dsb.Adapun  Dampak yang diperoleh dapat merugikan diri sendiri, orang tua, pihak sekolah, maupun orang sekitarnya,Usaha penanggulananya ada upaya preventif,upaya kuratif dan bisa juga dengan pembinaan,diharapkan dengan adanya upaya-upaya tersebut, masalah-masalah yang dihadapi seseorang khususnya masalah dalam hal perkelahian diakibatkan karna munculnya berbagai faktor,semoga dapat datasi dengan baik dan tidak akan terulang kembali. Aamiin.

Daftar Pustaka

DR. Sofyan S. Willis, M.Pd, Remaja dan Permasalahannya, 2005, Bandung.
Drs.Samsul Munir Amin, M.A, Bimbingan dan Konseling Islam, 2010, Jakarta, Sinar Grafika Offset. 
Dr.Syamsul Yusuf,LN.Dr.A Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, 2010, Bandung,PT Rosdakarya DR. Sofyan S. Willis, M.Pd, Remaja dan Permasalahannya, 2005, Bandung.
R. Sugandhi, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Surabaya, 1980, Hal 371
WWW.Perkelahian.Info



Cara Menghilangkan Sifat Pendiam dan Pemalu


Curhat ini Dikirim February 8, 2010

Nama Q iz0el,Q cw0 usia Q 18thn. aq mw curhat,gmna y cara menghilangkan sifat aq yg pendiam ini.?? aq ni 0rg nya sukar utk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yg baru,misalkan aq ad d lingkungan yg asing atw baru aq cenderung pendiam, Sdgkn tmn2 Q yg laen bz menyesuaikan DIRi dgn mudah nya,aq butuh wkt yg lama bsa menyesuaikan dri pd lngkungan baru,,,?? gmna ya s0lusi nya…???? n aQ Mw tnya, cara kita untuk mndapatkan byX TEMAn gmn…?? ju2r aj,tmn q hny sdkit bgt,gx kyk teman2 Q..? GMna ya caranya..???

Sebenarnya kamu sangat bisa ko dan berpotensi seperti teman-teman yang lainnya karena buktinya hari ini kamu memberanikan diri untuk mengirimkan email ini dan ini merupakan suatu bentuk bahwa kamu berani. namun jika yang kamu inginkan itu adalah dalam kehidupan bermasyarakat dan bersosialisasi di alam nyata, coba kamu lakukan hal-hal seperti berikut ini:

Mulailah bersosialisasi dari kelompok yang kecil 

misalnya buat kelompok belajar, kepanitiaan acara, bercerita dengan adik dan kakak sendiri, atau teman dekat dan tentu saja dimulai dari kehidupan sehari-hari,Coba mulai pembicaraan dari hal yang ringan-ringan saja, misal: sedang apa?dll.

Pikirkan tentang cara  dan bertindak di sekitar orang-orang yang telah Anda kenal

Dimana Anda bisa merasa nyaman dan bersikap spontan. Alihkan perasaan itu saat Anda bertemu kenalan baru, begitu pula dalam situasi yang membuat rasa percaya diri Anda memudar.

Hindari terlalu memperhatikan diri Anda sendiri

Tentu saja, Anda boleh sedikit memikirkan tentang bagaimana Anda akan melewatkan perbicangan dengan orang banyak, tapi jika seluruh fokus Anda tercurah pada kata-kata sendiri dan perasaan Anda, selanjutnya Anda akan mulai merasa gugup sendiri. Ingat-ingat apa yang dikenakan oleh orang lain dan buat catatan tersendiri, dengarkan apa yang mereka perbincangkan, bayangkan dimana mereka tinggal, buat sebuah garis besar atau ingat-ingat nama mereka. Hal ini bukan hanya memberi Anda bahan perbincangan, tapi juga mencairkan ketegangan dalam bersosialisasi dan membuat perasaan Anda lebih tenang.

Buat pertanyaan terbuka pada semua orang.

Banyak orang yang lebih senang bicara tentang diri mereka sendiri, dan temukan sebuah topik yang membuat orang lain tertarik. Apa yang membuat mereka tertarik akan membuat perbicangan berjalan menyenangkan bagi semua orang. 

Berhentilah percaya pada imajinasi Anda

Mungkin Anda pernah membuat gambaran tentang sebuah liburan yang menyenangkan dan pada kenyataanya jauh berbeda dari yang Anda bayangkan. Itu menunjukan beatapa tak dapat dipercayanya bayangan kita sendiri. Berhentilah memikirkan apa yang dipikirkan orang lain, karena apa yang dipikiran orang lain tentang Anda, belum tentu sama persis seperti bayangan Anda.

Berhentilah memikirkan ’segalanya atau bukan apa-apa 

Pemikiran ‘pasti begini/pasti begitu’ tertuang saat Anda mengalami emosi. Orang-orang yang sedang depresi, marah dan gelisah melihat kenyataan dari hal-hal ini dengan perbedaan yang ektrim. Bagi orang yang sedang marah ‘Anda salah’ dan ‘mereka benar,’ orang yang marah akan melihat dirinya ‘gagal’, sedang yang lain ‘berhasil.’ Jadi berhentilah berpikir kalau Anda mungkin telah mengatakan hal yang salah, atau orang lain akan membenci Anda. Saat Anda merasa rileks dalam pergaulan sosial, Anda juga akan mendapat lebih sedikit peringatan dari diri sendiri, karena dalam keadaan gugup, biasanya Anda akan mulai berpikir tentang segalanya atau bukan apa-apa.

Nikmati waktu Anda

Hindari mengatakan hal-hal tanpa berpikir terlebih dulu. Ajukan pertanyaan, dan jika mendapat pertanyaa. Anda dapat mempertimbangkan jawaban terlebih dahulu sebagai tanggapan Anda, jangan asal menjawab tanpa berpikir. Jawaban yang diluncurkan dengan perlahan merupakan cara bersikap santai. 

Akhirnya gunakan latihan hipnotis

Hipnotis merupakan cara tercepat untuk mengubah tanggapan instink/emosi Anda dalam setiap situasi. Hanya pikirkan bahwa pikiran dan tubuh Anda dalam keadaan rilek sewaktu bertemu orang baru. Sebenarnya, sewaktu Anda merasa santai seringkali Anda akan menemukan saat yang tepat untuk menerapkan hipnotis agar merasa lebih percaya dirisaat berhadapan dengan orang-orang baru, dan tentu saja pada titik ini rasa malu akan tersingkir dengan sendirinya.

Bagi Anda yang memiliki masalah dengan rasa malu saat bertemu dengan kenalan baru, dapat Anda mencoba tujuh tips yang kami sampaikan di atas. Dan semoga setelah itu Anda akan lebih percaya diri saat bertemu orang-orang baru dalam pergaulan sosial.

Solusi Mengatasi Sifat Kurang Terbuka Terhadap Orang Lain



1. Permantap Kehidupan Spritual

Rasa takut muncul karena kurang atau tidak adanya rasa percaya diri. Untuk membangun rasa percaya diri, kita memerlukan rasa yakin. Keyakinan yang kuat didapatkan apabila kita senantiasa mendapat petunjuk, pedoman, dan arah. Petunjuk yang paling benar itu tentu saja berasal dari Yang Maha Memberi Petunjuk. Disinilah kehidupan spritual itu memainkan perannya.

Saya sangat percaya, orang yang mempunyai kehidupan spritual yang baik pasti mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, karena dalam pengalaman ruhaninya ia sangat meyakini yang paling tinggi dan yang paling layak ditakuti itu hanya Tuhan semata, selebihnya tidak.

2. Berhubungan Dengan Orang Lain

Salah satu yang membuat kita takut berhadapan dengan orang lain adalah karena diri kita tertutup, tidak terbuka terhadap orang lain dan lingkungan. Karena kita tertutup, maka kita tidak mengenal bagaimana karakter orang-orang, kita merasa ketakutan akan respon orang-orang terhadap pribadi kita, bicara kita, dan sikap kita.

Berhubungan dengan banyak orang akan membuat kita mengenal dengan persis siapa dan bagaimana orang lain, membuat pikiran kita terbuka. Hal itu membantu kita dapat menyesuaikan sikap dan perbuatan terhadap mereka. Sebab, kadang kala, percaya diri itu datang bukan karena kompetensi yang kita miliki, tapi disebabkan oleh sejauh mana kita dapat mengenal situasi, kondisi, dan orang lain, dan ada baiknya juga bergaul dengan orang-orang yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, kita juga akan  terbawa menjadi percaya diri seperti mereka.

3. Belajar Teknik Relaksasi

Teknik relaksasi, seperti teknik pernafasan, sangat penting perannya bila kita dihadapkan pada persoalan yang tidak kita sukai secara mendadak. Teknik relaksasi membantu kita tetap

tenang ketika menghadapi masalah yang mengguncang hati dan pikiran kita. Ketenangan itu penting. Dengan tetap tenang kita akan segera dapat menemukan solusi untuk mengatasi masalah yang sedang kita hadapi, yang mana tanpa ketenangan solusi itu mustahil kita dapatkan dengan segera.

4. Hadapi Sumber Ketakutan Tersebut

Pernah nonton film horor? Coba lihat, ketika mereka mencoba lari menghindar dari apa yang mereka takutkan, justru pada saat itulah korban semakin banyak berjatuhan satu demi satu.

Hal itu menyiratkan kepada kita bahwa lari dan menghindar dari apa yang ditakutkan itu bukanlah solusi untuk mengatasi ketakutan itu, tindakan yang pengecut dan semakin membuat diri kita menjadi tidak berarti. Dalam tulisan “Matinya Karena Angan-Angan” pernah saya katakan, bahwa ketika ketakutan datang maka satu-satunya cara adalah menghadapi atau melawan sumber ketakutan itu sendiri.

5. Jangan Terlalu Banyak Menghukum Diri Sendiri

Jangan terlalu sering menganggap bahwa “saya tak bisa ini” atau “saya tak bisa itu”, yakinkanlah bahwa kita bisa. Manusia itu dilahirkan dengan potensi yang sama, yang membedakannya kemudian adalah sejauh mana ia tekun untuk terus berlatih dan mencoba.

Sabtu, 19 April 2014

E-Learning


Pendidikan Agama Islam SMP Budi Utama Yogyakarta

Kontak Kami


No. Handphone :
085 729 658 053

E-Mail, Facebook, dan Twitter :
dindamustikawati@gmail.com

PIN BB :
759BB8E0

Rekening Donasi
  • BRI Simpedes     
  • Atas nama : Nuryah
  • No. Rekening : 1753-01-000322-53-9

Curriculum Vitae


Silahkan klik di sini atau  bisa juga melihat langsung tampilannya di bawah ini:

Memaknai PMeMemaknai Pesan Dharma Samudera



Masih banyak diantara kita yang belum mengenal peristiwa yang terjadi pada tanggal 15 Januari 1962, yang  hingga saat ini diperingati sebagai  “Hari Dharma Samudra”.  Hari Dharma Samudera merupakan agenda yang digelar setiap tanggal 15 Januari. Hal tersebut bertujuan mengenang jasa serta pengorbanan para pahlawan yang gugur dalam beberapa pertempuran di Samudera, misalnya pertempuran Selat Bali yaitu antara tiga rombongan ekspedisi yang dipimpin oleh Kapten Markadi melawan dua kapal Belanda, pertempuran laut dekat pulau Nyamukan 22 Oktober 1945 untuk mematahkan tentara Jepang yang berada di pulau tersebut, pertempuran Laut Cirebon dimana TNI AL juga terlibat dalam pertempuran laut di Cirebon 5 Januari 1947, pertempuran laut dekat pulau Panikian pada tanggal 17 Februari 1957, pertempuran di Teluk Sibolga, dan pertempuran Laut Aru pada 15 Januari 1962. Pertempuran Laut Aru adalah puncak dari perjuangan dan semangat heroisme putra-putra Indonesia dengan gugurnya Deputy I KSAL Komodor Josaphat Soedarso beserta sekitar 25 anak buah kapal (ABK) Rl Matjan Tutul.Pertempuran di laut Aru tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak pertempuran yang terjadi pasca Proklamasi Kemerdekaan, yang menjadi bukti nyata bahwa perjuangan belum berakhir walaupun kemerdekaan telah di proklamirkan. Perjuangan tetap ada dalam mempertahankan serta mengisi kemerdekaan.

Pertempuran Laut Aru pada 45 tahun yang lalu adalah akibat konfrontasi Indonesia – Belanda dalam sengketa Irian Barat atau kita kenal dengan sebutan Papua. Kejadian tersebut bermula ketika Pemerintah Kerajaan Belanda ingkar janji untuk mengembalikan Irian Barat ke pangkuan NKRI, walaupun sudah terjadi kesepakatan dalam Perjanjian Roem-Roijen 1949. Akhirnya Tri Komando Rakyat atau disingkat Trikora dikumandangkan oleh pemerintah Indonesia dengan tujuan menuntut pengembalian Irian Barat dengan berbagai macam cara termasuk melalui pengerahan kekuatan militer.Salah satu jenis peralatan militer yang digunakan untuk memperkuat Jajaran Armada ALRI adalah kapal perang jenis MTB (MotorTorpedoBoat) Klas Jaguar dari Jerman Barat. Kapal perang jenis ini mempunyai kekuatan untuk menembakkan torpedo anti kapal permukaan.

Salah satu usaha pengerahan kekuatan militer kita yaitu pelaksanaan operasi infiltrasi atau usaha menyusupkan sejumlah pasukan gerilya ke bumi Cenderawasih, ALRI menerjunkan 4 kapal perang jenis MTB, yaitu Rl Matjan Tutul, RI Matjan Kumbang, Rl Harimau, serta Rl Singa. Namun, karena untuk mengangkut pasukan, terpaksa persenjataan utama andalan kapal perang jenis MTB ini yaitu torpedo dilucuti dengan tujuan agar kapal memiliki ruang yang lebih besar. Tindakan tersebut berakibat fatal  saat mereka terpaksa harus berhadapan dengan kapal perang musuh. Hanya 3 MTB yang dapat bergerak hingga memasuki perairan Irian Barat, sebab RI Singa mengalami kerusakan mesin. 

Tepatnya di posisi 4,49 derajat selatan dan 135,2 derajat timur ketiga MTB ALRI dihadang 3 kapal perang Angkatan Laut Kerajaan Belanda, yaitu Destroyer Klas Province Hr.Ms. Utrecht, Fregat Hr. Ms. Evertsen,serta Korvet Hr.Ms. Kortenaer. Kontak senjata di tengah laut di Laut Aru tidak dapat dihindarkan. Ketiga MTB ALRI sadar bahwa kekuatannya tidak seimbang dan bermaksud menghindar. Rl Matjan Tutul melakukan manuver bergerak maju secara lurus langsung menuju Hr.Ms Evertsen untuk mengalihkan perhatian musuh dan melindungi dua MTB lainnya. Akhirnya dari pertempuran sengit tersebut KRI Matjan Tutul dihujani tembakan hingga akhirnya tenggelam dan Yosaphat Sudarso  yang pada saat itu selaku Senior Officer Present At Sea (Sopa) on Board di RI Macan Tutul turut gugur. Sebagian awak RI Matjan Tutul lainnya gugur dan sebagian lagi ditawan oleh Belanda. Sementara itu. Dua MTB ALRI lainnya berhasil menyelamatkan diri hingga sampai pangkalannya.

Guna memperingati Hari Dharma Samudera, Lomba Karya Tulis diselenggarakan TNI AL pada 15 Januari 2014. Anggota militer, PNS TNI AL, dan masyarakat umum dapat berpartisipasi dalam lomba tersebut dalam tema, ‘Melalui Peringatan Hari Darma Samudra, Kita Wujudkan Kejayaan Maritim Nusantara’. Lomba bertujuan menggugah dan menggali gagasan serta pemikiran anggota TNI AL dan masyarakat umum tentang wawasan kemaritiman untuk mendukung pembangunan sektor kelautan. Kegiatan lainnya yang biasanya dilakukan guna memperingati Hari Dharma Samudera yaitu tabur bunga di laut. Selain itu, pemerintah memberikan tali asih kepada sejumlah pelaku sejarah dan ahli waris pejuang pertempuran Laut Aru yang telah mendharmabaktikan dirinya pada negara Indonesia.

Dalam dunia pendidikan, usaha mengajak peserta didik untuk mengenang jasa pahlawan dan memberikan perhatian ke laut. Diantaranya melalui kegiatan pameran fotografi berkonsep maritim. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pendidikan kepada generasi muda tentang arti penting laut bagi bangsa Indonesia sebagai media pemersatu, pertahanan, perhubungan dan media penggalian sumber daya alam serta eksistensi signifikan TNI AL dalam melaksanakan tugasnya. Hal tersebut penting bagi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.

Keberadaan TNI AL dalam menjaga kedaulatan NKRI sangat penting bagi bangsa Indonesia. TNI AL sebagai kekuatan utama pertahanan di laut memiliki Kapal Republik Indonesia (KRI) yang merupakan kekuatan vital terdepan guna mengawal wilayah kelautan Indonesia. Kekuatan lainnya adalah berupa pasukan tempur pemukul, pendukung, pesawat udara (pesud), dan marinir. 

Makna historis dari peringatan Hari Dharma Samudera yaitu mewarisi serta meneladani jiwa patriotisme para pahlawan bangsa, putra-putra bahari terbaik yang telah gugur dengan penuh semangat berjuang demi bangsa dan negara.Kita belajar untuk memiliki sikap ksatria dan rela berkorban seperti yang telah ditunjukkan oleh para Pahlawan Samudera.

Nuryah, S.Pd.I
Guru Pendidikan Agama Islam SMP Budi Utama Yogyakarta dan Mahasiswa S2 Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta


Pendidikan Nilai Bagi Mahkamah Konstitusi



Sebuah ungkapan dari seorang tokoh penting di negeri ini yaitu “profesi montir  lebih sulit daripada profesi dokter”. Menurut dia profesi montir lebih sering mendapatkan respon yang tidak mengenakkan dibandingkan dokter. Kalau profesi dokter paling enak, yang menyembuhkan penyakit Tuhan sedang yang mendapatkan honor dokter. Kalau pasien meninggal, dokter dengan gampang menyebut, “ini takdir Tuhan”. Hal ini berbeda dengan montir, kalau mobil yang dibetulkannya tambah rusak, tidak bisa beralasan, sudah takdir Tuhan. Ungkapan tersebut melukai perasaan sejumlah kalangan. Apalagi yang mengucapkan adalah seorang yang berpendidikan tinggi. Sungguh memalukan negeri ini.

Ungkapan di atas mungkin akibat pelaku tidak mendapatkan pendidikan karakter sejak dini. Pendidikan karakter, nilai, moral, etika, akhlak, agama, akan beda hasilnya kalau diajarkan kepada anak sedini dan seintens mungkin.Sikap menghargai terhadap pekerjaan orang lain tentu didasari oleh jiwa yang santun tidak mudah merendahkan pekerjaan oranglain.Sikap menghargai pekerjaan orang lain hendaknya terus dilatih hingga dewasa. Misalnya saat bermain, anak perlu disisipkan pendidikan moral dengan mengajarkan untuk saling menghargai pekerjaan orang lain. Melalui pendidikan karakter untuk saling menghargai, setidaknya menjadikan anak tidak egois serta berlaku baik kepada semua orang, termasuk menghargai pekerjaan orang lain. Sikap dan perilaku ini akan muncul apabila seseorang dapat menekan ego pribadinya melalui pembiasaan dan pengasahan rasa empati melalui pendidikan karakter saling menghargai. Selanjutnya, ia akan selalu terdorong untuk berbuat yang baik kepada orang lain. Hal tersebut sangat berguna agar ketika dewasatidak menjadi penghujat. 

Perlu kiranya kita mencontoh model pendidikan karakter untuk anak SD di Jepang, Di sana selalu ditanamkan nilai-nilai budi pekerti pada anak-anak agar mereka hidup tidak semaunya sendiri, terutama dalam bermasyarakat dan bernegara. Mereka perlu memerhatikan orang lain dan lingkungan. Di jepang, masyarakatnya saling saling menghargai, baik di kendaraan umum, jalan raya, maupun di dunia maya. Karakter seperti itu telah ditanamkan sejak mereka berada di tingkat pendidikan dasar. Anak SD diajarkan melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Mereka harus membersihkan serta menyikat WC, menyapu dapur, dan mengepel lantai. Hasilnya, mereka bisa lebih menghargai pekerjaan orang lain. 

Menghargai pekerjaan orang lain adalah salah satu upaya membangun kerukunan hidup. Melalui penghargaan atas pekerjaan orang lain akan membawa manusia untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang saling menghargai sesuai dengan harkat dan derajat seseorang sebagai manusia. Menumbuhkan sikap menghargai pekerjaan orang lain adalah sikap yang terpuji .

Sudah menjadi kecenderungan manusia untuk mendapat tanggapan atau penghargaan atas apa yang dikerjakannya. Setiap orang pastinya terdorong untuk terus menghasilkan karya terbaik demi kebaikan dirinya dan orang lain. Maka, upaya dan hasil pekerjaan yang berguna bagi orang banyak hendaknya memperoleh penghargaan yang positif.

Menghargai pekerjaan orang lain hendaknya tanpa melihat kedudukan, derajat, status, maupun warna kulit orang tersebut. Karena bekerja merupakan melakukan atau mengerjakan sesuatu hingga menghasilkan sesuatu yang berguna, bermanfaat, dan bermakna bagi semua orang. Hasil pekerjaan tersebut dapat berwujud benda, jasa, dan sebagainya.

Dalam pekerjaan, kita saling membutuhkan satu sama lain. Namun, kadangkala kita  dengan mudahnya menganggap yang satu kerjanya berat, yang satu lagi kerjanya ringan. Padahal setiap orang punya spesialisasi dalam pekerjaan menurut keilmuan yang dimilikinya. Mustahil jika seseorang hanya mengerjakan satu pekerjaan saja. Apabila semua orang jadi dokter, siapa yang jadi pasien? Walau yang jadi dokter itu enak, sedangkan jadi pasien itu susah.

Mendapatkan kedudukan penting di lembaga super power negeri ini membuat beberapa oknum manusia lupa diri dan sombong. Pekerjaan orang lain itu hina,misalnya dengan mudah mengatakan profesi montir itu lebih sulit daripada profesi dokter. Bayangkan saja jika para dokter sering melakukan mogok kerja karena ungkapan yang tidak beretika tersebut. Belum lagi jika mereka demo dan anarkis, akibatnya inflasi tinggi, dan negara hancur dalam sekejap.

Solusi untuk menghindari kejadian-kejadian penghinaan terhadap pekerjaan lain terulang kembaliyaitu untuk pihak yang direndahkan, maka melupakan pekerjaan atau mogok kerja bukanlah solusi terbaik. Jika seseorang dengan profesi tertentu, misalnya dokter, melalaikan tugas utamanya bisa menyebabkan keadaan menjadi rusak bagi semua pihak. Apabila pihak tertentu merasa diperlakukan tidak adil dan tidak sopan maka musyawarahkanlah. Apabila diabaikan, hendaknya perlu menempuh jalur hukum dengan cara yang santun. 

Untuk pihak yang senang merendahkan pekerjaan orang lain, perlu sekali untuk memikirkan kembali siapa sejatinya dirinya. Dia diciptakan sebagai manusia biasa yang membutuhkan bantuan orang lain. Jika tidak ada yang membantu pekerjaannya, akibatnya dia sendiri akan kesusahan. Pendidikan dia bolehlah sampai profesor, tapi jika tidak ada dokter yang mau mengobati dia atau keluarganya yang sakit akibat hati para dokter disakiti, apakah dia jika sakit menghubungi montir dan dibawanya ke bengkel?Dia mungkin akan berkata “Saya bayar”. Namun, tidak semua orang menghamba pada uang. 

Betapa indahnya jika kita mulai menghargai semua profesi. Mulai dari pemulung, tukang sampah, pembantu rumah tangga, dokter, montir, wakil ketua mahkamah konstitusi, maupun yang lainnya. Semua beranggapan bahwa semua itu profesi yang baik, dan berusaha untuk tidak memperlakukan mereka seperti orang rendahan. Kiranya pendidikan saling menghargai benar-benar urgen bagi kita.

Nuryah, S.Pd.I
Guru Pendidikan Agama Islam SMP Budi Utama Yogyakarta sekarang sedang melanjutkan pendidikan S2 di Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.



Paradigma Baru tentang HIV/AIDS



Setiap tahun hampir di seluruh penjuru Asia penderita HIV/AIDS bertambah. Untuk Indonesia, berdasarkan laporan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI jumlah penderita HIV pada tahun 2005 jumlah kasus yang laporkan mencapai 859, tahun 2006 (7.195), tahun 2007 (6.048), tahun 2008 (20.362), tahun 2009 (9.793), tahun 2010 (21.591), tahun 2011 (21.031), tahun 2012 (21.511), dan bulan Maret tahun 2013 (103. 759).

Jumlah pengidap AIDS juga lumayan banyak yaitu pada tahun 2005 sebanyak 4.987, tahun 2006 (3.514), tahun 2007 (4.425), tahun 2008 (4.943), tahun 2009 (5.483), tahun 2010 (6.845), tahun 2011 (7.004), tahun 2012 (5.686), komulatif dari tahun 1987 sampai bulan Maret tahun 2013 (43.347).  Pada bulan September 2013 jumlah komulatif HIV/AIDS mencapai 152.267 dan kemungkinan sekarang jumlahnya bertambah. Cepatnya penyebaran HIV/AIDS di Indonesia didorong oleh berbagai sebab seperti minimnya pendidikan seks, ketimpangan gender, kasus narkoba, serta maraknya industri seks komersial. 

Acquired Immune Deficiency Syndrome atau disebut AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus). Penyakit ini mudah menular dan mematikan. Sistem kerja virus ini yaitu merusak sistem kekebalan tubuh manusia, dengan berakibat penderita kehilangan daya tahan tubuhnya, akibatnya mudah terinfeksi dan meninggal karena berbagai penyakit infeksi kanker dan lain-lain. Hingga sekarang, belum ditemukan vaksin pencegahan atau obat untuk penyembuhannya. Rentang waktu antara terkena infeksi dan munculnya gejala penyakit pada orang dewasa memakan waktu rata-rata 5-7 tahun dan untuk anak-anak dan remaja lebih singkat dari itu. Selama kurun waktu tersebut walaupun terlihat sehat, sebenarnya pengidap HIV dapat menularkan virusnya pada orang lain.

Usaha menanggulangi peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS perlu mendapat perhatian serius di dunia pendidikan. Pendidikan dapat digunakan sebagai media untuk menyebarkan informasi yang komprehensif mengenai bahaya serta pencegahan penularan HIV/AIDS. Salah satu media menyebarkan informasi tersebut adalah dengan peningkatan mutu Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), pendidikan remaja sebaya, diseminasi pencegahan HIV/AIDS, lomba debat, lomba penulisan, cerdas cermat, materi dinasukkan majalah dinding, poster, dan karikatur. Yang penting materi diberikan secara konsisten, berkelanjutan, dan direncanakan secara matang dengan menggunakan segala potensi yang ada di lingkungan sekolah .

Guru di sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan pembelajaran yang memegang peranan penting guna mendukung terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas bebas dari HIV/AIDS. Maka guru harus paham bagaimana pendidikan tentang HIV/AIDS dapat terintegrasi lewat beberapa mata pelajaran di sekolah seperti Agama, Biologi, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Kesehatan, dan lain-lainnya. Guru juga harus lihai dalam memberikan materi tentang HIV/AIDS agar pengetahuan itu tidak hanya sampai menyentuh domain kognitif siswa. Namun, juga menyentuh domain affektif (perasaan dan sikap) dan psikomotor (perubahan perilaku) siswa. Maka guru harus berwawasan luas dan mendapat pelatihan soft skill dalam pendidikan tentang HIV/AIDS.

Pendidikan tentang HIV/AIDS  juga menemui tantangan. Menurut Ahmed Afzal, yang merupakan konsultan bagi UNESCO. Dikatakan bahwa yang menjadi tantangan utama yang dihadapi ketika berbicara dengan para perancang pendidikan dan para guru tentang pendidikan pencegahan HIV adalah ketika bersentuhan dengan nilai sensitifitas agama dan budaya. Promosi mengenai kondom sebagai pencegahan HIV adalah sensitif. Padahal hasil riset di seluruh dunia bahwa promosi kondom, ketika dilakukan sebagai bagian dari pendidikan seks yang benar, menimbulkan perilaku seksual yang bertanggungjawab di antara para kaum muda bahkan menunda hubungan seksual awal mereka.

Menurut kebanyakan pemuka agama,  guru, dan orangtua bahwa dengan distribusi dan promosi tentang kondom secara tidak langsung mendorong orang muda untuk menjadi aktif secara seksual. Ketidaktahuan mereka menimbulkan kegelapan hati dan jauh dari karakter bijak. Maka perlu merefresh kembali pemahaman agama dan pendidikan.

Tanpa kita sadari bahwa seruan moral beberapa tokoh agama kaitannya dengan AIDS seringkali malah mengajari masyarakat untuk melakukan penghakiman-penghakiman tertentu terhadap ODHA. Secara tidak langsung beberapa pemuka agama menegaskan bahwa seakan-akan orang yang terinfeksi HIV&AIDS adalah pezina, manusia yang diazab Tuhan, manusia tak bermoral yang harus dijauhi.

Muncul pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab bagaimanakah dengan orang-orang bermoral dan tak berdosa yang terinfeksi HIV? Apabila AIDS merupakan bentuk dari hukuman Tuhan bagi pezina, mengapa masih banyak pezina-pezina yang tidak dihukum AIDS? Jika Tuhan Maha Adil, mengapa Ia hanya menghukum beberapa orang saja sedang yang lain Ia biarkan sehat berbahagia dalam gelimang kehinaan? Bagaimanakah kita menjelaskan secara moral, bahwa wanita yang terkena HIV merupakan wanita “baik-baik” yang tidak pernah berzina, bahkan tidak berhubungan sex selain dengan suami-suami mereka yang sah? Bagaimana juga kita harus menjelaskan AIDS sebagai hukuman Tuhan atas ratusan bayi Indonesia yang terlahir dalam keadaan positiv HIV?

Diskriminasi dan penghakiman-penghakiman terhadap ODHA menyebabkan tingkat penyebaran HIV semakin tidak terkendali. Orang yang sudah terinfeksi menjadi malu untuk melakukan test darah, sehingga statusnya dirahasiakan, padahal aktivitas seksualnya masih terus berjalan, HIV kemudian menular ke mana-mana.

Nuryah, S.Pd.I
Guru Pendidikan Agama Islam SMP Budi Utama Yogyakarta sekarang sedang melanjutkan pendidikan S2 di Programpascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.


Indonesia dan Pendidikan Toleransi


Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau termasuk 9.634 pulau kecil yang belum diberi nama serta 6.000 pulau yang tidak berpenghuni. Indonesia juga memiliki lebih dari 740 suku bangsa. Indonesia juga memiliki 583 bahasa serta dialek dari 67 bahasa induk yang dipakai berbagai suku bangsa di Indonesia. Sempurnalah sebutan untuk Indonesia sebagai negara multikultural yang mempunyai beragam adat istiadat, etnis dan  budaya. Indonesia juga bisa disebut sebagai negara pluralis karena ditandai kemajemukan agama, budaya, dan etnis tersebut.

Keragaman masyarakat Indonesia tersebut yang terdiri dari beberapa pemeluk agama dan  banyak suku. Seyogyanya perlu pencarian bentuk pendidikan alternatif yang berusaha menjaga kebudayaan suatu masyarakat dan memindahkannya kepada generasi berikutnya. Pendidikan alternatif tersebut juga diharapkan mampu menumbuhkan akan tata nilai, memupuk persahabatan antara siswa yang beraneka ragam suku, ras, dan agama, mengembangkan sikap saling memahami, serta mengajarkan keterbukaan dan dialog.Pendidikan tersebut juga hendaknya mengarah untuk menciptakan manusia-manusia yang cerdas serta manusia-manusia yang sangat menghargai kedamaian. Pendidikan ini nanti haruslah menciptakan manusia-manusia yang memiliki integritas tinggi,wawasan yang luas, serta harus menghargai kemajemukan. 

Senada dengan yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal  PBB, Ban Ki-moon yaitu setiap anak perempuan dan anak laki-laki berhak menerima pendidikan yang berkualitas serta mempelajari nilai-nilai yang membantu mereka tumbuh menjadi warga masyarakat global yang toleran dan menghargai keanekaragaman.

Sekarang ini, kualitas pendidikan menurun, tidak hanya karena krisis pendanaan tetapi juga karena kekerasan, agresi, serta pelanggaran hukum. Seluruh sikap-sikap mental mengalami degradasi, termasuk sikap mental bertanggung jawab. Beberapa orang yang pada mulanya kelihatan sangat berpotensi untuk berwatak penuh tanggung jawab, ternyata berubah menjadi pelempar tanggung jawab.Kemudian hasil penelitian yang mengejutkan dunia pendidikan yaitu penelitian Dr Imam Tholkhah. Hasil penelitiannya yaitu potensi radikalisme agama di sekolah ternyata besar. Dari 500 guru agama di yang diteliti, 60 persen berpotensi intoleran. Meski intoleransi tak selalu identik atau paralel dengan radikalisme, tetapi sikap dan pemahaman itu dapat menjadi embrio radikalisme. Banyak sekali tantangan yang harus dihadapi dalam pengembangan pendidikan oleh orang tua, pendidik, dan pemerintah dalam rangka meningkatkan persentase pertumbuhan inklusi sosial.

Lemahnya masyarakat kita akan makna keberagaman dan kemajemukan disebabkan pelajaran yang berorientasi akhlak atau moralitas serta pendidikan agama di sekolah kurang diberikan dalam bentuk latihan-latihan pengamalan secara nyata dan menyentuh kehidupan riil masyarakat kita. Bahkan kadang dunia pendidikan justru mengembangkan persoalan-persoalan yang dapat melunturkan kerukunan kehidupan antar umat beragama.

Brenda Watson dalam Education and Belief menyampaikan tiga sebab utama yang menjadikan gagalnya pembelajaran agama di sekolah-sekolah.

Pertama, pembelajaran yang dilakukan guru lebih condong kepada proses indoktrinasi (indoctrination process) akibatnya pembelajaran agama diposisikan sebagai sesuatu yang bersifat absolut, mutlak, dan tak terbantahkan. Kedua, pembelajaran agama lebih ditekankan terhadap hal-hal yang bersifat normatif-informatif. Ketiga, kuatnya ideologi atau komitmen agama yang dimiliki oleh guru.

Ketiga penyebab di atas telah membuat pola pikir anak didik kurang terbuka dan tidak inklusif. 

Pembelajaran yang normatif melalui doktrin-doktrin keagamaan yang tak terkontrol dapat membuat cara pikir satu arah akibatnya peserta didik tidak mau menerima masukan dari orang lain bahkan  tidak menerima adanya perbedaan. Peserta didik pun akan menyetujui atau membenarkan aksi kekerasan untuk membela kelompok atau agamanya.

Sekolah sangat efektif dalam usaha menjaga dan melestarikan keberagaman untuk mewujudkan kebersamaan dan kerukunan  hidup. Sekolah dengan demikian harus menyediakan ruang bagi bertumbuhnya keberagaman dan kemajemukan. Maka pengenalan terhadap simbol-simbol suku, kepercayaan, agama, budaya, perlu dikenalkan terhadap peserta didik sejak dini. Usaha tersebut untuk mengenalkan bahwa berbeda itu adalah sebuah keniscayaan. Dengan mengenalkan beragam perbedaan sejak dini merupakan fondasi utama dalam membangun karakter inklusif dan toleransi.

Dalam pendidikan toleransi, kita perlu memperhatikan beberapa hal yaitu: Pertama tentang dimensi-dimensi kultural dalam realitas hidup masyarakat. Bagaimana segenap dinamika dalam realitas hidup masyarakat ditopang oleh kesadaran multikultural dan rasa toleransi. Walaupun ada rekayasa kultural melalui proses-proses pedagogi, tetapi setiap individu di dalam kehidupan masyarakat saling menghargai satu sama lain. Sekolah, perguruan tinggi, pesantren dan seminari memiliki peran besar menjalankan agenda pendidikan toleransi, demi mengawal tumbuhnya spirit multikulturalisme.

Kedua, pendidikan toleransi menyatu dengan eksistensi negara. Negara berhak bekerja sebagai kekuatan besar yang berfungsi untuk merawat tatanan hidup yang toleran. Di dalamorkestrasi negara, maka tegaknya hukum dan keadilan secara nyata diperlakukan sebagai satu dimensi pendidikan toleransi yang sangat penting untuk mempertahankan eksistensi negara dalam jangka panjang. Para pejabat negara harus bertindak keras serta tegas demi memberantas tindakan intoleransi. Selain itu, para pejabat negara dituntut sigap untuk setiap saat melawan beragam gagasan dan pemikiran yang menumbuhkan ide-ide intoleransi.

Nuryah, S.Pd.I
Guru Pendidikan Agama Islam SMP Budi Utama Yogyakarta

Indonesia Butuh Pendidikan Kesehatan



Peserta didik merupakan sosok individu pribadi yang unik. Ia adalah sosok individu yang sedang mengalami masa pertumbuhan, baik secara fisik, psikis, maupun intelektual. Selama proses perkembangan dan pertumbuhannya itu, anak diharapkan selalu dalam kondisi sehat. Sehat merupakan sebuah hasil yang butuh proses atau usaha. Sejak usia dini, anak atau peserta didik harus sudah mulai dikenalkan dengan pentingnya kesehatan.

Memiliki peserta didik yang sehat merupakan keinginan setiap pendidik. Dengan tetap sehat, maka aktivitas yang dilakukan oleh peserta didikdapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan. Dengan sehat, maka sekolah tidak harus mengeluarkan biaya untuk membeli obat atau mengantarkan peserta didik ke rumah sakit. Jadi sebagai pendidik harus selalu bersyukur dengan nikmat kesehatan yang diberikan kepada peserta didik kita.

Peserta didik perlu mendapatkan pendidikan kesehatan sejak dini. Wood memberikan pengertian pendidikan kesehatan yaitu sejumlah pengalaman yang mempunyai pengaruh menguntungkan secara kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan. Kesemuannya ini, dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimannya secara suka rela perilaku yang akan meningkatkan dan memelihara kesehatan. Secara umum tujuan dari pendidikan kesehatan ini adalah mengubah perilaku peserta didik dibidang kesehatan.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut maka perlu Sumber Daya Manusia (SDM) yang bagus dan berkualitas misalnya  dengan menciptakan atmosfer atau lingkungan pendidikan yang sehat bagi para peserta didik.

Materi-materi kesehatan yang dapat disisipkan dalam pembelajaran di sekolah diantaranya: gizi; kesehatan gigi dan gusi; puasa dan kesehatan; kesehatan mata dan telinga; higiene fisik dan lingkungan; bahaya narkoba bagi fisik; bahaya merokok; kesehatan reproduksi; penyakit menular lewat hewan; dan penyakit yang biasa dialami siswa. Materi ini diberikan saat pendidik atau guru menerangkan materi pelajaran yang berkaitan dengan masalah kesehatan.

Selain penyisipan materi kesehatan, sekolah juga dapat melakukan beberapa hal dalam usaha memberikan pendidikan kesehatan bagi peserta didiknya misalnya: 

Pertama, menetapkan sekolah sebagai kawasan tanpa rokok.

Kedua, peningkatan penanggulangan penyalahgunaan narkoba di kalangan peserta didik dilakukan oleh kepala sekolah atau guru dengan cara mencegah melalui berbagai aktifitas dan kreativitas peserta didik.

Ketiga, pemberian materi bahaya penyalahgunaan narkoba pada setiap penataran atau pelatihan guru mata pelajaran apapun.

Keempat, mengintegrasikan pesan atau informasi tentang kesehatan reproduksi pada mata pelajaran yang relevan.

Keenam, sekolah mengembangkan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk mengatasi masalah kebersihan dan kesehatan di lingkungan sekolah.

Ketujuh, sekolah diharapkan dapat melakukan berbagai kegiatan ekstrakurikuler untuk menghindarkan siswa dari perilaku menyimpang. 

Kedelapan, pengembangan perilaku hidup sehat, sikap asertif, kemampuan membuat keputusan, berpikir kritis, perlu dimiliki oleh peserta didik.

Kesembilan, mengembangkan program life skills education, atau keterampilan psikososial untuk mencegah penyalahgunaan narkoba. 

Melalui para pendidik yang memahami dan memiliki kemampuan tentang kesehatan serta pelaksanaan bimbingan dan pengawasan selama proses pembelajaran dengan benar, besar harapan kita bahwa tujuan tersebut dapat tercapai. Untuk menuju sehat maka perlu diupayakan peningkatan kemampuan hidup sehat serta derajat kesehatan peserta didik, sehingga memungkinkan dapat tumbuh dan berkembang yang harmonis dan optimal. Bimbingan dan pengawasan mencakup pemahaman dan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, serta partisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah. Juga memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk.

Peserta didik yang sedang tumbuh dan berkembang mereka rentan terhadap gangguan kesehatan, maka perlu diiringi dengan memiliki pengetahuan tentang kesehatan, kebiasaan hidup sehat, segera mendapatkan pelayanan kesehatan jika mengalami gangguan kesehatan serta terlibat langsung dalam upaya menciptakan lingkungan sekolah sehat.

Diharapkan perilaku hidup bersih dan sehat atau lebih dikenal sebagai PHBS membudaya melalui pendidikan, baik di sekolah maupun di rumah. Pasalnya, mayoritas dana jaminan kesehatan digunakan untuk penyakit-penyakit tidak menular yang sebenarnya bisa dicegah dengan menjalankan PHBS. Banyak peserta didik belum menjalankan PHBS, mungkin karena kurangnya promosi kesehatan. Maka harus ada upaya edukasi terus-menerus kepada peserta didik.

Sekolah harus sadar tentang fungsi dirinya sebagai unsur utama dalam proses menciptakan peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang dengan mempunyai derajat kesehatan yang tinggi dengan memberikan pengetahuan kesehatan kepada peserta didik, melakukan pelayanan kesehatan bagi peserta didik yang memerlukan, dan berada pada lingkungan sekolah sehat.

Nuryah, S.Pd.I
Guru Pendidikan Agama Islam SMP Budi Utama Yogyakarta dan Mahasiswa S2 Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Peran Ayah dalam Pendidikan Anak



Pendidikan anak dalam keluarga merupakan bentuk kepedulian orang tua baik ayah maupun ibu terhadap kehidupan anaknya. Peran ayah dalam pendidikan anaksangat besar. Ayah yang terlibat dalam pendidikan anak, akan memunculkanmodel baru prilaku anakyaitu kompensasi maskulin.  Model prilaku ini yaitu sifat maskulin yang berlebihan, tetapi akan berubah di waktu tertentu  menjadi feminine dalam arti sikap ketergantungan. Maka dalam diri anak terjadi campuran sifat antara sifat tegar (maskulin) dan sifat ketergantungan (feminin). Kuat atau tidaknya sifat ini tergantung pada usia berapa anak tidak lagi mendapatkan pendidikan dari figur ayah.

Jika tidak lagi mendapat pendidikan dari figur ayah maka anak akan berusaha mencari figur lain misalnya guru di sekolah, tetangga, teman, bahkan para pemain sinetron di televisi yang kemungkinan tidak edukatif. Hasilnya anak mengenal dan meniru apa yang dia lihat sebagai pengganti figur ayahnya yang hilang. Lambat laun anak akan terpengaruh lalu meniru bahkan menerima nilai-nilai dari figur-figur pengganti ayahnya tersebut sebagai aturan hidup yang wajar bagi kehidupannya kelak.

Alangkah baiknya jika ibu dan ayah sama-sama berperan serta menggunakan waktu sebaik mungkin bersama anak. Ayah dan ibu dapat melakukan kegiatan yang berkualitas melalui metode serta strategi yang dapat memunculkan nilai-nilai emosional anak. Rutinitas berupa kontak orang tua dengan anak tidak menjadi standar ukuran dan jaminan. Namun, sejauh mana kualitas serta intensitas pertemuan itu diterima oleh anak.

Ross Park dan Kevin Mac Donal dalam "Parent-Child Physical Play: The Effect of Sex and Age of Children and Parents" mengatakan bahwa para ayah yang menghadirkan tingkat permainan fisik tinggi bagi anak-anaknya maka anak-anaknya menjadi paling terkenal di antara teman-teman sebayanya. Namun, jangan menghadirkan permainan fisik yang tinggi tetapi bersifat sangat memerintah dan memaksa karena anak-anak akan memiliki nilai popularitas paling rendah. Kemudian, para ayah yang senang memberikan permainan dengan kecaman dan hinaan maka anak-anak mereka memiliki tingkah laku yang agresif serta sering menemukan kesulitan belajar di sekolah. Sedangkan para ayah yang menjaga interaksi positif serta membiarkan anak-anaknya yang mengarahkan jalannya permainan maka anak-anaknya akan memiliki hubungan yang baik dalam pergaulan dan nilai akademisnya bagus.

Ahli psikologi Ronald Levant dalam "Fatherhood Project"-nya menyampaikan bahwa ayah memiliki kemampuan mengenali serta menanggapi emosi anak-anaknya secara konstruktif dibanding ibu. Maka, ayah sangat berperan dalam menangani tantangan kenakalan yang akan dihadapi anak atau remaja sebagaimana diketahui, tantangan pergaulan remaja sekarang jauh berbeda dengan dulu. Narkoba, tawuran, gang motor yang kriminal, pornografi dan pornoaksi merupakan bentuk kenakalan remaja yang sudah menunggu di pintu sekolah anak-anak atau mungkin sudah berada di dalam rumah.

Ayah di mata masyarakat kita masih dianggap sebagai kepala rumah tangga mempunyai tugas dan tanggungjawab besar yaitu sebagai pencari nafkah. Akibatnya, hampir semua ayah sibuk bekerja mengumpulkan uang dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga ayah menyerahkan sepenuhnya tentang pendidikan anak kepada ibu atau pembantu.  Pada dasarnya, ayah mempunyai peran penting dalam menyiapkan kesuksesan masa depan anak-anaknya. Beberapa literatur mengatakan bahwa anak yang tidak mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang benar dari ayah maka akan mengalami kerusakan psikologis yang dikenal dengan Father Hunger. Anak tersebut akan menunjukkan sikap negatif yang merugikan masa depannya. Diantara sifat negatif tersebut antara lain adalah: sifat rendah diri, kekanak-kanakan, terlalu bergantung kepada orang lain, ambigu seksual dalam arti untuk anak laki-laki cenderung mencontoh ibunya sehingga condong ke sifat perempuan sedangkan anak perempuan menjadi lebih tomboy karena ingin melindungi ibunya, kesulitan belajar, serta kurang berani mengambil keputusan karena jiwa anak yang cenderung emosional dan kurang rasional. 

Perlu kiranya bagi seorang ayah mencontoh sifat-sifat ibu dalam mendidik anaknya yaitu:

Pertama, pandai meredam emosi. Saat melihat anak melakukan hal yang salah jangan langsung marah dengan menghukum anak, tetapi ajaklah anak ngobrol dari hati ke hati dan mintalah agar anak tidak lagi mengulang kesalahannya. Berikanpujian kepada anak jika ia mengakui kesalahan dan mengubah perilakunya menjadi baik.

Kedua, lebih sering berkomunikasi. Ajaklah istri dan anak ngobrol atau diskusi sebab dengan berkomunikasi intim, ayah dapat memperkuat hubungan dengan keluarga. Dengan komunikasi yang baik, maka ayah akan memiliki waktu bersama anak yang lebih berkualitas.

Ketiga, memiliki banyak teman. Meluangkan waktu untuk bertukar kabar dengan teman dimasa sekolah atau kuliah atau sekedar ikut acara reuni dengan teman lama dapat membuat ayah lebih rileks dan kemungkinan lebih banyak mendapatkan informasi tentang pendidikan anak.

Seorang anak bukan hanya membutuhkan harta dan materi saja, Namun, perlu porsi pendidikan dan kasih sayang yang pas dari kedua Ayah dan Ibunya. Maka, mulai saat ini bagi ayah untuk bersegera menyisikan waktu demi kebaikan anak kita.

Nuryah, S.Pd.I
Guru Pendidikan Agama Islam SMP Budi Utama Yogyakarta